APA DOSA SERTA HUKUMAN ISTRI YANG TIDAK INGIN BERKUNJUNG KE MERTUA ??. BACA SELENGKAPNYA !!







 Saat seseorang wanita sudah sah untuk bersanding dengan seseorang lelaki, jadi statusnya beralih jadi seseorang istri. Serta keharusan sebagai seseorang istri adalah mentaati suaminya. Termasuk juga untuk tinggal serta ikuti semua ketentuannya, segali itu masihlah ada dalam tuntunan syariat Islam. Tidak cuma berlaku baik pada suami, sang istri juga mesti berperilaku baik juga pada keluarga suami, termasuk juga ke-2 orang tuanya, sebagai mertua untuk istri.


Kadang-kadang ada istri yg tidak demikian suka pada mertuanya sendiri. Hal semacam ini berlangsung akibat sebagian aspek yang tidak sama. Tetapi yang tentu, perihal ini pula sebagai penghalang jalinan bersilahturahmi untuk jalan baik. Lantas, bagaimana hukumnya istri yang tidak ingin berkunjung ke tempat tinggal mertuanya? Serta apa hak mertua atas istri?


Seseorang istri harus menaati suami dalam perkara-perkara yg tidak mengandung maksiat pada Allah. Syariat sudah memberi dorongan yang kuat pada istri untuk menaati suami, dan memperingatkannya dari tak mentaatinya dalam perkara-perkara yang ia dapat patuh padanya.

Dalam Al-Musnad serta Shahih Ibnu Hibban dijelaskan kalau Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang wanita sudah kerjakan shalat lima saat, berpuasa sebulan, melindungi kehormatannya serta mentaati suaminya, jadi bakal disebutkan padanya, ‘Masuklah anda kedalam surga dari pintu-pintu surga mana saja yang anda kehendaki’. ”

Dalam Al-Musnad, Shahih Ibnu Hibban serta Al-Mustadrak dijelaskan kalau Nabi bersabda, “Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk bersujud pada orang lain (terkecuali Allah), sungguh saya bakal memerintahkan seseorang istri untuk bersujud pada suaminya. ”

Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan kalau Nabi SAW bersabda,


“Maukah kalian saya kabarkan mengenai dosa yang terbesar? Yakni, menyekutukan Allah dan
mendurhakai ke-2 orangtua. ” Lalu beliau duduk sebelumnya setelah bertumpu serta bersabda, “Ketahuilah, juga perkataan percuma. ” Beliau terus-terusan mengulanginya sampai kami bergumam, “Sekiranya

Diantara sempurnanya ketaatan istri pada suami adalah sebaiknya ia berbuat baik pada ke-2 orangtua suami, berbakti pada keduanya, tak berlaku jelek pada keduanya, dan bersabar pada apa yang muncuk dari keduanya. Semuanya dikerjakan untuk mencapai ridha suami supaya dengan itu ia peroleh pahala dari Allah.

Bila ibu Anda marah pada istri Anda karena suau sebab yang datang dari istri Anda, jadi seyogyanya istri Anda mohon maaf darinya sebelumnya ia wafat, supaya ia wafat dalam kondisi ridha pada istri Anda. Tetapi, bila ibu Anda sudah wafat sedang istri Anda belum kerjakan hal semacam itu jadi istri Anda harus banyak mendoakannya supaya memperoleh ampunan.

Demikian juga seseorang anak harus banyak mendoakan ke-2 orangtuanya saat keduanya masihlah hidup ataupun setelah wafat. Allah berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu pada mereka berdua dengan penuh yang paling disayangi serta ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka seperti mereka berdua sudah mendidikku saat kecil’, ” (QS. Al-Isra’ : 24).

Mengenai tentang hal semacam itu dikira sebagai kedurhakaan seseorang anak pada ibunya atau tak, jadi jawabannya yaitu bila istri menyakiti ibunya sesaat ia tak menghindarnya, melarangnya serta menghukum perbuatan istri itu jadi hal semacam itu termasuk juga bentuk kedurhakaan. Hingga, ia mesti banyak beristighfar serta perbanyak amal shaleh.

Sebenarnya Allah Mahamulia serta Mahamenerima taubat lagi Maha Penyayang, Bila Dia tahu dari hamba-Nya kejujuran taubatnya jadi Dia bakal terima taubatnya.
Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas pada diri mereka sendiri, jangan sampai anda berputus harapan dari rahmat Allah. Sebenarnya Allah mengampuni dosa-dosa semua. Sebenarnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’, ” (QS. Az-Zumar : 53).